AIPVOGI

Asosiasi Institusi Pendidikan Tinggi Vokasi Gizi Indonesia

Program INEY Fase 2 Gaet 38 Poltekkes Anggota AIPVOGI untuk Percepat Penurunan Stunting

Stunting Masih Jadi PR Besar Kita

Stunting bukan sekadar soal tinggi badan anak yang kurang. Lebih dari itu, stunting mencerminkan kekurangan gizi kronis dan berpotensi menghambat perkembangan otak serta produktivitas generasi masa depan. Berdasarkan Survei Kesehatan Indonesia tahun 2023, angka stunting di Indonesia masih berada di angka 21,5%. Padahal, target nasional adalah menurunkan prevalensinya sebesar 2–2,5% per tahun.

Di tengah upaya percepatan penurunan stunting, hadir Program INEY (Investing in Nutrition and Early Years) Fase 2, yang menjadi angin segar dalam penanganan stunting secara lintas sektor. Program ini didukung oleh Bank Dunia, GFF (Global Financing Facility), dan GAVI melalui skema pembiayaan Program for Results (PforR). Uniknya, pendekatan yang diambil adalah berdasarkan capaian atau output nyata di lapangan.

Poltekkes: Garda Terdepan dari Perguruan Tinggi

Sebagai institusi pendidikan vokasi di bawah Kementerian Kesehatan, Poltekkes Kemenkes punya peran strategis. Di tahun 2025, sebanyak 38 Poltekkes akan terlibat aktif di 80 kabupaten/kota yang tersebar di 34 provinsi. Peran mereka bukan sekadar turun ke lapangan, tetapi juga melakukan pendampingan teknis berbasis data, kolaboratif, dan terintegrasi dengan kegiatan belajar mengajar.

Yang lebih membanggakan lagi, seluruh 38 Poltekkes Kemenkes ini merupakan anggota aktif dari AIPVOGI (Asosiasi Institusi Pendidikan Vokasi Gizi Indonesia). Keterlibatan AIPVOGI memperkuat posisi Poltekkes dalam mengawal mutu intervensi berbasis gizi serta menjamin implementasi program dilakukan oleh tenaga akademik dan mahasiswa yang memiliki kompetensi.

Melalui Tri Dharma Perguruan Tinggi, khususnya pengabdian masyarakat, dosen dan mahasiswa Poltekkes akan menjadi bagian dari upaya penurunan stunting secara nyata. di bawah Kementerian Kesehatan, Poltekkes Kemenkes punya peran strategis. Di tahun 2025, sebanyak 38 Poltekkes akan terlibat aktif di 80 kabupaten/kota yang tersebar di 34 provinsi. Peran mereka bukan sekadar turun ke lapangan, tetapi juga melakukan pendampingan teknis berbasis data, kolaboratif, dan terintegrasi dengan kegiatan belajar mengajar.

Melalui Tri Dharma Perguruan Tinggi, khususnya pengabdian masyarakat, dosen dan mahasiswa Poltekkes akan menjadi bagian dari upaya penurunan stunting secara nyata.

Struktur Organisasi INEY: Kolaborasi Terpadu

Pelaksanaan INEY Fase 2 tidak dilakukan secara parsial. Di bawah koordinasi Sekretariat Direktorat Jenderal Kesehatan Primer dan Komunitas sebagai Program Implementation Unit (PIU), berbagai direktorat dan unit teknis berperan sesuai mandatnya.

  • Direktorat Pelayanan Kesehatan Keluarga memimpin implementasi kerja sama dengan Poltekkes.
  • Direktorat Imunisasi fokus pada pelacakan sasaran dan edukasi imunisasi.
  • Direktorat Promosi Kesehatan meningkatkan kapasitas kader.
  • Direktorat SDM Kesehatan mendorong peran Poltekkes secara optimal di daerah.
  • Sekretariat INEY sebagai tulang punggung manajemen proyek: dari perencanaan, keuangan, hingga monitoring dan evaluasi.

Strategi Berbasis Data dan Lokasi Prioritas

Sebelum kegiatan dilakukan, Tim Poltekkes harus menyusun analisis situasi. Ini meliputi kajian data primer (FGD, wawancara) dan sekunder (aplikasi Sigizi Kesga, ASIK, Microsite) untuk memetakan kondisi di lapangan. Hasil analisis ini menjadi dasar penyusunan Kerangka Acuan Kegiatan (KAK) dan strategi intervensi di masing-masing kabupaten/kota.

Kabupaten/kota yang terpilih sebagai lokasi intervensi ditentukan berdasarkan estimasi jumlah balita stunting terbanyak di masing-masing provinsi (data SKI 2023).

Fokus Intervensi: Siapa, Apa, dan Bagaimana

1. Remaja Putri: Cegah Anemia Sejak Dini

  • Distribusi dan pemantauan konsumsi Tablet Tambah Darah (TTD)
  • Skrining anemia untuk siswi kelas 7 & 10
  • Edukasi gizi dan komunikasi perubahan perilaku

Target 2025: 65% sekolah distribusi TTD, 63% rematri konsumsi TTD minimal 26 tablet/tahun, 75% siswi skrining anemia

2. Ibu Hamil: Jaga Gizi Sejak Dalam Kandungan

  • Pemberian dan edukasi konsumsi TTD/MMS
  • Pendampingan pemeriksaan kehamilan (ANC) 6x
  • Penanganan KEK dan pemberian PMT Lokal

Target 2025: 90% bumil menerima TTD/MMS, 48% konsumsi minimal 180 tablet, 80% mendapatkan ANC 6x

3. Balita: Gizi, Tumbuh Kembang dan Imunisasi

  • Pemantauan praktik MP-ASI oleh kader
  • Edukasi Pemberian Makan Bayi dan Anak (PMBA)
  • Pelacakan imunisasi dasar lengkap dan zero-dose
  • Pemberian PMT Lokal untuk balita bermasalah gizi

Target 2025: 73% bayi ASI eksklusif, 73% anak 6–23 bulan konsumsi MP-ASI beragam, 90% imunisasi lengkap, penurunan 25% zero-dose

4. Kader Posyandu: Pahlawan di Garis Depan

  • Pelatihan dan standarisasi keterampilan
  • Peningkatan pencatatan dan pelaporan kegiatan

Target: 80% Posyandu aktif, 25% kader mencapai strata madya

Pendekatan Lintas Sektor: Satu Tujuan, Banyak Kontributor

Keberhasilan program INEY tidak lepas dari peran banyak pihak:

  • Dinas Kesehatan: sebagai pelaksana dan pengawal kebijakan di daerah
  • Puskesmas & Posyandu: ujung tombak layanan
  • Disdik & Kemenag: mendukung distribusi dan pemantauan TTD di sekolah dan madrasah
  • Dinsos, DP3AP2KB, Bappeda: mendukung logistik, advokasi, dan penguatan kebijakan daerah
  • Tokoh masyarakat dan perangkat desa: membantu mendorong partisipasi aktif warga

Teknologi dalam Layanan Gizi

Program ini juga memanfaatkan teknologi informasi seperti aplikasi Sigizi Kesga, ASIK, dan Microsite untuk pencatatan dan pelaporan. Ini memperkuat akuntabilitas dan validitas data, serta memudahkan pemantauan real-time oleh pusat dan daerah.

Harapan ke Depan

INEY Fase 2 bukan sekadar proyek, tapi bentuk investasi jangka panjang untuk membentuk generasi unggul. Dengan melibatkan Poltekkes Kemenkes sebagai mitra strategis, program ini diharapkan bisa menjadi model sinergi antara akademisi dan pemerintah dalam menyelesaikan masalah gizi masyarakat.

Setiap tablet TTD yang diminum, setiap bayi yang mendapat ASI eksklusif, dan setiap kader yang terlatih adalah langkah kecil namun berdampak besar bagi masa depan bangsa.