AIPVOGI

Asosiasi Institusi Pendidikan Tinggi Vokasi Gizi Indonesia

Mengupas Standar Keamanan Pangan di Program Makan Bergizi Gratis: Upaya Meningkatkan Gizi dan Mencegah Keracunan Pangan

Keamanan pangan adalah isu penting dalam program pemberian makanan, terutama bagi kelompok rentan seperti ibu hamil, balita, dan siswa. Program Makan Bergizi Gratis (MBG) hadir sebagai salah satu langkah strategis untuk meningkatkan status gizi masyarakat. Namun, tantangan seperti kejadian luar biasa (KLB) keracunan pangan menunjukkan bahwa aspek keamanan pangan tidak boleh diabaikan.

Artikel ini membahas standar keamanan pangan dalam program MBG, data terkini tentang keracunan pangan di Indonesia, serta strategi untuk memastikan makanan yang aman dan berkualitas tinggi.

Mengapa Standar Keamanan Pangan Penting dalam Program MBG?

Keamanan pangan bukan hanya soal menghindari risiko keracunan, tetapi juga memastikan makanan yang disajikan memiliki kualitas gizi optimal. Dalam konteks program MBG, standar keamanan pangan diterapkan mulai dari penerimaan bahan baku hingga penyajian makanan. Proses ini sangat penting karena melibatkan banyak pihak, seperti penyedia jasa boga, sekolah, puskesmas, hingga masyarakat.

Tanpa penerapan standar yang ketat, makanan yang disajikan dapat menjadi sumber penyakit, terutama bagi kelompok rentan seperti anak-anak dan ibu hamil. Oleh karena itu, pelatihan dan sertifikasi bagi penjamah pangan menjadi elemen wajib dalam pelaksanaan program ini.

Data dan Fakta: KLB Keracunan Pangan di Indonesia

Dalam empat tahun terakhir, kasus KLB keracunan pangan menunjukkan tren yang mengkhawatirkan. Berikut adalah data terbaru:

  • 2021: 70 kasus dengan 15 kematian (CFR 0,48%).
  • 2022: 81 kasus dengan 9 kematian (CFR 0,26%).
  • 2023: 120 kasus dengan 16 kematian (CFR 0,28%).
  • 2024: 327 kasus dengan 20 kematian (CFR 0,17%).

Sumber utama KLB adalah masakan rumah tangga (50,46%), diikuti oleh jasa boga, kantin sekolah, dan gerai pangan jajanan. Provinsi Jawa Tengah mencatat jumlah kejadian tertinggi, diikuti oleh Jawa Barat dan Jawa Timur.

Data ini menunjukkan bahwa keracunan pangan masih menjadi masalah serius yang memerlukan perhatian lebih, terutama dalam konteks program MBG.

Tahapan Standar Keamanan Pangan dalam Program MBG

Pelaksanaan keamanan pangan pada program MBG melibatkan berbagai tahapan, yaitu:

  1. Penerimaan dan Seleksi Bahan Pangan
    Bahan pangan harus dipilih berdasarkan standar kebersihan dan kualitas yang ketat untuk menghindari cemaran biologis maupun kimia.
  2. Penyimpanan Bahan Pangan
    Sistem FIFO (First In First Out) dan FEFO (First Expired First Out) diterapkan untuk memastikan bahan pangan digunakan sebelum kedaluwarsa.
  3. Pengolahan dan Pemasakan
    Pengolahan makanan dilakukan dengan memastikan pemasakan matang sempurna. Hal ini mengurangi risiko bakteri berbahaya seperti Salmonella atau E. coli.
  4. Penyajian dan Penyimpanan Pangan Matang
    Makanan disajikan di tempat yang memenuhi standar higiene dan disimpan pada suhu aman untuk mencegah pertumbuhan bakteri.
  5. Pengelolaan Sampah
    Sampah makanan dikelola sesuai standar untuk menghindari kontaminasi silang.
  6. Pelatihan Penjamah Pangan
    Setiap penjamah pangan wajib memiliki Sertifikat Laik Higiene Sanitasi (SLHS) dan mengikuti pelatihan yang diselenggarakan oleh Dinas Kesehatan.

Strategi Pencegahan KLB dalam Program MBG

  1. Pembentukan Tim Pengawas Keamanan Pangan
    Tim ini terdiri dari guru, tenaga kesehatan, dan masyarakat yang ditugaskan untuk memantau dan mengevaluasi pelaksanaan program.
  2. Pemeriksaan Sampel Pangan
    Sampel makanan diperiksa secara berkala untuk memastikan tidak ada cemaran biologis atau kimia.
  3. Sosialisasi dan Edukasi
    Masyarakat dan penyelenggara dilibatkan dalam sosialisasi lima kunci keamanan pangan:
    • Menjaga kebersihan.
    • Menggunakan air dan bahan baku yang aman.
    • Memasak dengan benar.
    • Memisahkan makanan matang dan mentah.
    • Menyimpan makanan pada suhu yang aman.
  4. Pelaporan dan Investigasi KLB
    Jika terjadi KLB, sekolah atau masyarakat wajib melaporkan ke puskesmas. Tim Gerak Cepat (TGC) akan melakukan investigasi sesuai Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 2 Tahun 2013.

Peran Lintas Sektor dalam Keberhasilan Program MBG

Keberhasilan program ini tidak terlepas dari kolaborasi berbagai pihak, seperti:

  • Dinas Kesehatan: Menyelenggarakan pelatihan, inspeksi, dan sertifikasi.
  • Sekolah/Masyarakat: Melakukan monitoring makanan yang diterima dan melaporkan kejadian keracunan.
  • Tim Gerak Cepat (TGC): Melakukan investigasi KLB dan melaporkan melalui Sistem Kewaspadaan Dini dan Respon (SKDR).

Kolaborasi ini menjadi kunci utama untuk memastikan makanan yang disajikan tidak hanya bergizi, tetapi juga aman.

Standar keamanan pangan dalam Program Makan Bergizi Gratis (MBG) adalah langkah strategis untuk meningkatkan gizi masyarakat sekaligus mencegah KLB keracunan pangan. Dengan menerapkan standar yang ketat pada setiap tahapan, mulai dari penerimaan bahan pangan hingga penyajian, program ini diharapkan dapat berjalan efektif dan memberikan dampak positif bagi masyarakat.

Namun, keberhasilan program ini memerlukan kerja sama lintas sektor serta edukasi yang berkelanjutan kepada seluruh pihak terkait. Dengan begitu, cita-cita untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang sehat, unggul, dan produktif dapat tercapai.


Download Juknis dan Materi Sosialisasi Program Makan Bergizi Gratis (Klik di Sini)