AIPVOGI

Asosiasi Institusi Pendidikan Tinggi Vokasi Gizi Indonesia

Standar Gizi dan Makanan dalam Program Makan Bergizi Gratis Tahun 2025

Indonesia saat ini dihadapkan pada tantangan besar dalam hal kesehatan masyarakat, terutama masalah gizi. Negara kita menghadapi Triple Burden of Malnutrition, yaitu kekurangan gizi (undernutrition), obesitas (overweight), dan defisiensi mikronutrien. Ketiga masalah ini tidak hanya memengaruhi kualitas hidup individu tetapi juga berdampak besar pada pembangunan bangsa. Untuk mengatasi hal ini, Kementerian Kesehatan menginisiasi program Makan Bergizi Gratis (MBG) sebagai langkah strategis untuk membangun generasi yang sehat, cerdas, dan produktif menuju Indonesia Emas 2045.

Tujuan Utama Program MBG

Program Makan Bergizi Gratis dirancang untuk:

  1. Bidang Gizi:
    • Memenuhi kebutuhan gizi ibu hamil, balita, dan anak sekolah.
    • Menanamkan kebiasaan makan sehat sejak dini.
  2. Bidang Ekonomi:
    • Meningkatkan kesejahteraan petani dan UMKM.
  3. Bidang Pendidikan:
    • Meningkatkan prestasi siswa, partisipasi, serta mengurangi angka putus sekolah.
  4. Bidang Kemiskinan:
    • Mengurangi beban ekonomi penduduk miskin dan menciptakan lapangan kerja.

Masalah Gizi Intergenerasi

Masalah gizi di Indonesia memiliki pola intergenerasi, artinya dampaknya tidak hanya dirasakan oleh individu, tetapi juga diwariskan ke generasi berikutnya. Dua periode penting yang memengaruhi status gizi seseorang adalah masa bayi dan remaja. Oleh karena itu, intervensi gizi pada masa ini sangatlah krusial.

Data Terkini Masalah Gizi di Indonesia

  • Stunting pada Balita: 21,5% (SKI 2023).
  • Wasting (berat badan rendah): 8,5%.
  • Obesitas dewasa: 31,2% pada wanita dan 15,7% pada pria.
  • Anemia: 27,7% pada ibu hamil, 16,3% pada anak usia 6-14 tahun.

Prinsip Penyelenggaraan Program MBG

Agar dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan, pelaksanaan program MBG harus memenuhi beberapa prinsip:

  1. Tepat Sasaran:
    • Sasaran utama adalah ibu hamil, ibu menyusui, balita, siswa PAUD, SD, SMP, dan SMA.
  2. Keamanan Pangan:
    • Makanan yang disajikan harus higienis dan aman dikonsumsi.
  3. Pemanfaatan Pangan Lokal:
    • Mengutamakan bahan pangan lokal untuk pemberdayaan masyarakat.
  4. Menu Seimbang:
    • Menu yang disajikan memenuhi prinsip gizi seimbang.
  5. Berlanjut:
    • Program dilaksanakan secara konsisten.

Standar Gizi dan Makanan

Program MBG mengacu pada Angka Kecukupan Gizi (AKG) berdasarkan Permenkes No. 28 Tahun 2019. Beberapa standar utama adalah:

Acuan Kecukupan Gizi (AKG):

  • Ibu Hamil:
    • Tambahan energi 300 kkal pada trimester 2 dan 3.
    • Protein 23-26 gram per makan.
  • Balita:
    • Energi 300-450 kkal per makan.
    • Protein 6-18 gram per makan.
  • Anak Sekolah:
    • Energi 330-831 kkal tergantung kelompok usia.
    • Protein 8-24 gram per makan.

Prinsip Perencanaan Menu:

  1. Memenuhi kebutuhan gizi berdasarkan usia.
  2. Menggunakan bahan pangan aman, lokal, dan fortifikasi (misalnya garam beryodium).
  3. Mengakomodasi kesukaan dan ketidaksukaan anak.
  4. Menghindari bahan makanan yang memicu alergi.

Strategi Edukasi Gizi

Edukasi gizi menjadi komponen penting dalam program MBG untuk meningkatkan pemahaman masyarakat tentang pentingnya pola makan sehat.

Sasaran Edukasi Gizi:

  1. Anak Sekolah dan Santri:
    • Pedoman Isi Piringku.
    • Pentingnya sarapan.
  2. Ibu Hamil:
    • Pentingnya tablet tambah darah.
    • Risiko anemia dan gizi kurang.
  3. Ibu Menyusui:
    • Pentingnya ASI eksklusif.
    • MPASI berbahan dasar lokal.
  4. Ibu Balita:
    • Pencegahan stunting dan wasting.
    • Pentingnya protein hewani.

Langkah-Langkah Perhitungan Estimasi Harga Menu

Agar program berjalan efisien, penyusunan menu dan anggaran dilakukan secara sistematis:

  1. Menghitung kebutuhan bahan pangan:
    • Berdasarkan berat bersih dan kotor.
  2. Menentukan harga menu:
    • Menggunakan harga bahan pangan lokal.
  3. Menghitung food cost:
    • Menambahkan 10% untuk bumbu.

Contoh menu untuk balita:

  • Nasi: 800 gram untuk 10 porsi.
  • Bola daging isi telur puyuh:
    • Daging sapi cincang, telur puyuh, kentang.
  • Tumis baby buncis dengan tahu:
    • Buncis, tahu putih, dan bumbu sederhana.

Pencegahan dan Penanganan Alergi Makanan

Alergi makanan merupakan tantangan penting dalam program Makan Bergizi Gratis, terutama karena dampaknya terhadap kesehatan sasaran. Beberapa langkah pencegahan dan penanganan yang dilakukan adalah sebagai berikut:

Identifikasi Alergen:

  • Bahan makanan yang sering menyebabkan alergi:
    • Susu dan produk turunannya.
    • Telur.
    • Kacang tanah dan kacang-kacangan lainnya.
    • Ikan dan makanan laut seperti udang, kepiting, dan tiram.
    • Gluten yang terdapat pada gandum, barley, dan oat.
  • Sasaran program yang memiliki riwayat alergi harus dicatat sejak awal.

Pencegahan:

  1. Alternatif Bahan Makanan:
    • Menggantikan bahan makanan alergenik dengan bahan lain yang memiliki kandungan gizi serupa.
    • Contoh: Susu diganti dengan susu berbasis nabati (seperti susu kedelai) untuk sasaran yang alergi susu sapi.
  2. Penyuluhan:
    • Memberikan edukasi kepada orang tua dan pendamping anak tentang tanda-tanda alergi dan cara mengatasi.
  3. Sanitasi dan Kebersihan:
    • Memastikan peralatan masak dan penyajian bebas dari kontaminasi silang.

Penanganan Kejadian Alergi:

  1. Pemantauan Gejala:
    • Jika muncul gejala seperti muntah, diare, ruam kulit, atau sesak napas, segera hentikan pemberian makanan dan cari bantuan medis.
  2. Catatan dan Evaluasi:
    • Semua kejadian alergi dicatat untuk evaluasi dan pengembangan menu yang lebih aman.
  3. Koordinasi dengan Tenaga Medis:
    • Melibatkan puskesmas atau fasilitas kesehatan terdekat untuk penanganan kasus yang serius.

Edukasi untuk Masyarakat:

  • Pentingnya membaca label makanan.
  • Mengenali bahan pangan yang berpotensi alergi.
  • Cara menyiapkan makanan yang aman bagi individu dengan alergi.

Peran Institusi Kesehatan

Dinas Kesehatan:

Dinas Kesehatan memiliki tanggung jawab yang besar dalam keberhasilan program MBG. Peran mereka mencakup:

  1. Sosialisasi Berjenjang:
    • Memberikan informasi tentang standar gizi, keamanan pangan, dan manfaat program MBG kepada berbagai pihak, termasuk masyarakat, tenaga kesehatan, dan institusi pendidikan.
  2. Pendampingan Teknis:
    • Mendampingi satuan pelayanan dalam menyusun standar makanan, menu, serta perhitungan estimasi harga menu yang sesuai dengan kebutuhan lokal.
  3. Pembuatan Media Edukasi:
    • Mengembangkan media seperti poster, leaflet, atau video untuk edukasi gizi dan kesehatan masyarakat.
  4. Monitoring dan Evaluasi (Monev):
    • Melakukan pengawasan rutin terhadap pelaksanaan program, termasuk keamanan pangan dan efektivitas distribusi makanan.
  5. Feedback dan Tindak Lanjut:
    • Memberikan umpan balik kepada satuan pelaksana program terkait hasil monitoring serta langkah perbaikan jika diperlukan.

Puskesmas:

Sebagai ujung tombak pelayanan kesehatan di masyarakat, puskesmas berperan penting dalam implementasi program MBG:

  1. Penyediaan Data Sasaran:
    • Mengumpulkan dan memverifikasi data sasaran seperti ibu hamil, ibu menyusui, dan balita untuk memastikan program tepat sasaran.
  2. Edukasi Gizi dan Kesehatan:
    • Memberikan penyuluhan tentang gizi seimbang, keamanan pangan, dan pola hidup sehat kepada masyarakat.
  3. Inspeksi Kesehatan Lingkungan:
    • Memastikan lingkungan tempat penyimpanan dan distribusi makanan memenuhi standar kebersihan dan kesehatan.
  4. Monitoring Status Gizi:
    • Melakukan penimbangan dan pengukuran secara berkala untuk mengevaluasi status gizi sasaran.
  5. Investigasi Kejadian Ikutan:
    • Menindaklanjuti kejadian yang tidak diinginkan setelah konsumsi makanan, seperti keracunan atau alergi, dengan mencatat, memantau, dan melaporkannya kepada pihak terkait.
  6. Koordinasi dengan OPD Terkait:
    • Bersama organisasi perangkat daerah lainnya, mendorong pelaksanaan kegiatan UKS, sekolah sehat, dan aksi bergizi.

Program Makan Bergizi Gratis bukan hanya langkah untuk memperbaiki status gizi masyarakat, tetapi juga strategi untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi lokal. Dengan melibatkan masyarakat, petani, dan pelaku usaha mikro, program ini mampu menciptakan rantai manfaat yang berkelanjutan. Selain itu, penerapan menu seimbang yang memanfaatkan bahan pangan lokal tidak hanya menjamin kesehatan, tetapi juga membangun kesadaran akan pentingnya pola makan sehat.

Melalui integrasi dengan program pendidikan, kesehatan, dan ekonomi, program MBG diharapkan mampu menjadi solusi strategis untuk menjadikan Indonesia sebagai negara dengan sumber daya manusia yang berkualitas pada 2045.


Download Juknis dan Materi Sosialisasi Program Makan Bergizi Gratis (Klik di Sini)