AIPVOGI

Asosiasi Institusi Pendidikan Tinggi Vokasi Gizi Indonesia

Masa Depan Pendidikan Vokasi Gizi: RAKORNAS AIPVOGI 2025 Bahas Tantangan dan Solusi

Jakarta, 7 Maret 2025 – Pendidikan tinggi vokasi gizi di Indonesia kembali menjadi sorotan dalam Rapat Koordinasi Nasional (RAKORNAS) AIPVOGI 2025. Acara yang dihadiri oleh akademisi, praktisi, serta pemangku kebijakan ini menghadirkan Dr. Anna Kurniati, SKM, MA, PhD, Direktur Penyediaan Sumber Daya Manusia Kesehatan, yang memaparkan strategi dan tantangan dalam pengembangan pendidikan vokasi gizi.

Permasalahan Kesehatan dan Tantangan SDM Kesehatan

Dalam pemaparannya, Dr. Anna menggarisbawahi berbagai tantangan kesehatan yang masih dihadapi Indonesia, seperti angka stunting yang masih tinggi, distribusi tenaga kesehatan yang belum merata, serta rendahnya akses pelatihan berbasis kompetensi bagi tenaga kesehatan.

“Indonesia masih menghadapi kekurangan tenaga kesehatan di beberapa profesi, termasuk nutrisionis. Untuk memenuhi kebutuhan ini, pendidikan vokasi gizi harus beradaptasi dengan perkembangan zaman dan kebutuhan industri,” jelas Dr. Anna.

Strategi Penguatan Pendidikan Vokasi Gizi

Untuk mengatasi tantangan ini, ada beberapa strategi yang ditekankan dalam RAKORNAS AIPVOGI 2025, di antaranya: Kolaborasi dengan Industri – Kampus vokasi didorong untuk bekerja sama dengan sektor industri pangan dan kesehatan guna memperluas jejaring dan kesempatan magang bagi mahasiswa. Penguatan Kurikulum Berbasis Kompetensi – Kurikulum harus disesuaikan dengan standar global agar lulusan siap bersaing di pasar kerja. Pemanfaatan Teknologi Digital – Pembelajaran berbasis teknologi seperti e-learning dan simulasi kasus harus lebih dioptimalkan. Sertifikasi Kompetensi – Lulusan disarankan untuk mendapatkan sertifikasi profesi guna meningkatkan daya saing mereka. Peningkatan Kualifikasi Dosen – Dosen vokasi gizi perlu diberikan kesempatan untuk studi lanjut serta pelatihan profesional.

Masa Depan Tenaga Gizi di Indonesia

RAKORNAS AIPVOGI 2025 juga membahas prediksi pemenuhan tenaga gizi di Indonesia. Berdasarkan data yang dipresentasikan, Indonesia masih membutuhkan waktu sekitar 11 tahun untuk memenuhi kebutuhan tenaga gizi secara nasional. Beberapa provinsi bahkan memerlukan lebih dari 10 tahun untuk mencapai target ini.

“Kita perlu sinergi antara AIPVOGI, perguruan tinggi, dan pemerintah dalam mempercepat pemenuhan tenaga gizi. Mahasiswa juga harus lebih aktif dalam meningkatkan kompetensi agar siap terjun ke dunia kerja,” tambah Dr. Anna.

Kesimpulan dan Harapan

RAKORNAS AIPVOGI 2025 menjadi momentum penting bagi dunia pendidikan vokasi gizi untuk mengevaluasi dan meningkatkan kualitas lulusannya. Dengan sinergi yang kuat antara akademisi, industri, dan pemerintah, diharapkan lulusan vokasi gizi bisa lebih kompeten, siap kerja, dan berkontribusi nyata dalam peningkatan kesehatan masyarakat Indonesia.

Bagi mahasiswa dan dosen, ini adalah saat yang tepat untuk lebih berinovasi, meningkatkan kompetensi, dan memanfaatkan teknologi dalam proses pembelajaran. Mari bersama-sama membangun masa depan pendidikan vokasi gizi yang lebih baik!

Ibu-Anna-Kurniati-V6-PPT_Aipvogi07Maret2025_REV05032025-1